Rapid Test Corona Tak Akurat, Pemerintah Bakal Beralih ke PCR

Ilustrasi rapid test (BBC Indonesia)

Jakarta (KANALACEH.COM) – Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Letjen Doni Monardo mengatakan tes kesehatan terkait virus corona dengan metode pengambilan sampel darah kilat alias rapid test tidak efektif dan akurat. Rapid test ini ditempuh pemerintah karena dinilai lebih murah.

Doni yang juga Kepala BNPB ini mengatakan, kini pemerintah mulai memilih opsi pengambilan sampel lendir hidung atau tenggorokan (Polymerase Chain Reaction/PCR).

“Ternyata juga rapid test ini tidak semuanya efektif. Oleh karenanya ke depan kita lebih banyak mendatangkan PCR test,” kata Doni dalam Rapat Kerja Komisi VIII DPR RI dengan Kepala BNPB melalui siaran langsung di akun Youtube DPR RI, Senin (6/4).

Doni mengatakan sering kali rapid test menunjukkan hasil pemeriksaan pasien positif corona. Kemudian saat dilakukan tes kedua lewat PCR, hasilnya berubah menjadi negatif. Sering juga hasil sebaliknya terjadi.

Meski begitu, Doni menyebut pemerintah tidak akan meninggalkan rapid test sepenuhnya. Mereka akan mencari produk rapid test yang paling akurat sebagai pendamping PCR.

“Kami coba kumpulkan semua jenis rapid test nanti mana yang paling akurat, itu yang akan kita perbanyak,” tuturnya.

Hingga saat ini, Gugus Tugas mencatat telah mendistribusikan sekitar 500 ribu alat rapid test ke seluruh wilayah di Indonesia. Jumlah itu belum termasuk distribusi ke DKI Jakarta yang sudah berkisar di angka puluhan ribu.

Rapid test di Indonesia dimulai usai keputusan Presiden Joko Widodo memilih pemeriksaan massal dibanding karantina wilayah. Kebijakan itu diumumkan pada Kamis (19/3).

Meski begitu, metode rapid test sempat diragukan sebagian kalangan karena tingkat akurasi rendah. Jurnal berjudul ‘Antibody responses to SARS-CoV-2 in patients of novel coronavirus disease 2019’ melansir sensitivitas rapid test serologi sekitar 36 persen dari 100 kasus Covid-19.

“Jadi dari 100 kasus yang terkonfirmasi Covid-19 dia bisa mendeteksi sekitar 30. Jadi itu harus hati-hati,” kata Konsultan genom di Laboratorium Kalbe, Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, Kamis (19/3). [Sumber: CNN] 

 

View this post on Instagram

 

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Pemerintah Aceh sudah merampungkan dua laboratorium PCR (Polymerase chain Reaction) khusus yang bisa memeriksa swab pasien yang terpapar corona. Kedua laboratorium itu berada di Universitas Syiah Kuala dan di Kawasan Lambaro milik Kementrian Kesehatan. Namun, belum berfungsi karena tidak tersedianya reagen atau cairan senyawa kimia untuk swab test. Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, mengatakan laboratorium itu disiapkan untuk melakukan metode PCR sebagai ‘second opinion’ dari hasil rapid test yang dinyatakan positif corona. Untuk mendapat reagen, kata dia, harus dipesan ke Jerman. Namun, harus menunggu untuk diproduksi. Jika itu datang, maka laboratorium itu nantinya akan difungsikan untuk test Covid-19. “Labnya sudah kita punya, dua minggu lalu selesai. Tapi ada satu cairan, reagen namanya, dan itu pesannya ke Jerman. Kita sudah coba minta ke distributornya melalui Menkes, tapi tetap harus menunggu dari Jerman,” ujar Nova, Rabu (8/4). Laboratorium PCR itu dibuat agar swab pasien yang memiliki gejala virus corona, tidak lagi dikirim ke Balitbangkes di Jakarta. Karena memerlukan waktu yang lama. Sehingga, jika reagen itu datang, pemeriksaan swab tidak lagi dikirim ke Jakarta. selanjutnya baca di www.kanalaceh.com #bandaaceh #acehbesar #acehjaya #acehbarat #naganraya #abdya #acehselatan #subulussalam #acehsingkil #pidie #pidiejaya #bireuen #acehutara #lhokseumawe #acehtimur #langsa #acehtamiang #gayolues #acehtengah #benermeriah #sabang #rumahsakit #kendala #rsuza #perawat #timmedis #corona #cegahcorona #antisipasi #masyarakat

A post shared by Kanal Aceh (@kanalacehcom) on

Related posts