Opini: Mencegah Lebih Baik Daripada Mengobati

Opini: Mencegah Lebih Baik Daripada Mengobati
Jamaluddin Thaib, MA (Ketua Harian DPP PDA)

Kalau kita telaah dalam berbagai literatur keislaman bahwa alam semesta dan kehidupan kita pada hakikatnya semua telah ada dalam ketentuan Allah.

Dalam sebuah hadis riwayat Muslim ” semua langit dan bumi dan makhluk lainnya telah Allah tetapkan lima puluh ribu Tahun sebelum diciptakan alam semesta ini” dan dalam keterangan yg lain hadis muttafaqun Alaih bahwa “semua kehidupan manusia telah ditentukan sejak 120 hari dalam kandungan dan telah ditetapkan berbagai ketentuan hidup seseorang; kaya miskin, sehat sakit, jodoh, hidup dan kematian, tak terkecuali terpapar wabah virus korona, semua telah termaktub dan tersimpan dalam ilmu Allah dan tidak luput dalam pantauan Allah. Tapi yang menjadi pertanyaan besar kemudian, sudahkah kita bertemu Allah dan sudahkah kita tahu apa ketentuan nasib dan apa yang telah tertulis dalam catatan Allah, apakah kita terpapar virus korona atau tidak, apakah kita meninggal karena virus ataupun tidak, tentu hanya Allahlah yang tahu.

Karena itu, Islam mendorong kita untuk selalu berbuat yg terbaik, melakukan langkah-langkah preventif yang terbaik dan bermanfaat untuk diri, keluarga dan juga masyarakat

Sejalan dengan itu, dalam ajaran Islam ada sebuah qaidah yang sangat agung, bukan hanya sekedar pepatah biasa dan pemanis bibir sahaja melainkan jika ditelaah dan dirunut ia merupakan qaidah yg sangat berharga dan bermanfaat dalam menjaga ummatnya ” Qaidah tersebut; addaf’u aula minarraf’i” mencegah lebih baik dari mengobati.

Bahkan Ibnul Qayyim dalam kitanya “al Fawaa’id” hal. 174 mengatakan ” Hifdhul Quwwah Muqaddam ‘alal Hamiyyah” menjaga daya tahan tubuh lebih baik daripada berpantang.

Dua ungkapan di atas menekankan kepada kita bahwa Islam sebenarnya lebih mengutamakan merawat dan menjaga diri daripada berpantang apa lagi untuk mengobati

Karena itu, apa yg dilakukan pemerintah Aceh saat ini dengan mengkampanyekan pencegahan covid 19 dari waktu ke waktu dengan menghimbau, mengajak untuk tidak mudik dan mengeluarkan berbagai kebijkan, sosial distancing, physical distancing, memperketat perbatasan, menerapkan dan membatasi jam malam, melarang pesta dan berkerumunan, melakukan rapid tes di puskesmas, warung kopi dan lain sebagainya jangan dinilai berlebihan dan belum dibutuhkan untuk kondisi Aceh saat ini, karena Aceh masih sedikit Positif Corona,

Jangan juga dianggap hanya sebatas angin lalu, apa lagi sampai ada yang mencemooh dan mencibir upaya-upaya preventif yang dilakukan pemerintah.

Kita harus sepakat bahwa Aceh BELUMLAH AMAN dari VIRUS CORONA, tidak ada satu orangpun yang dapat menjamin bahwa kita tidak akan terpapar virus.

Kita harus sepakat bahwa Aceh BELUMLAH AMAN dari VIRUS CORONA, tidak ada satu orangpun yang dapat menjamin bahwa kita tidak akan terpapar virus.

Apa lagi Medan telah masuk zona merah covid, jakarta apa lagi, Malaysia juga demikian, bahkan negara-negara yang konon secara materi dan militer jauh lebih hebat juga telah dijamah oleh virus yang begitu parah; Perancis, Inggris, Italia, ekwador, dan juga Amerika dimana setiap hari ada ribuan orang yang terinfeksi virus dan juga meninggal dunia. para dokter ada yg lari, ada pemerintah yang telah pasrah dan ada masyarakat yg bunuh diri.

Kita masih yakin bahwa Aceh belum mampu mengisolasi diri, belum mampu mendeteksi semuanya dan belum mampu keluar dari bayang-bayang ancaman, terbukti hari ini Aceh ada penambahan dua kasus baru positif corona, (satu di Pidie dan satu dari Gayo Luwes)
Karena itu kita harus lebih meningkatkan kewaspadaan dan mendukung diperketat semua kebijakan, terutama terkait dengan semakin banyaknya orang yg masuk dari luar Aceh menjelang puasa dan lebaran (mudik).

Tidak acara lain selain berharap kepada semua kita agar dapat mematuhi protokol kesehatan yg telah diatur pemerintah, menjaga kebersihan dan mengurangi aktivitas di luar rumah seraya terus meningkatkan ibadah dan memperbanyak doa kepada Allah agar Aceh dapat terhindar dari wabah corona.

Jangan meremehkan tapi jangan juga ketakutan terlalu berlebihan. Ayo kita cegah, kalau sudah massiv semua akan kewalahan, dokter pun akan angkat tangan, dan jangan juga nanti pemerintah yang disalahkan. Bila perlu kita segera mendukung pemberlakuan Pembatasan sosial Berskala Besar (PSBB).

Semoga Aceh Allah selamatkan, Amien

Oleh: Jamaluddin Thaib, MA (Ketua Harian DPP PDA)

Related posts