Usaha Ayam Petelur di Aceh Singkil, Tetap Untung Saat Pandemi Covid-19

Aceh Singkil (KANALACEH.COM) – Kabupaten Aceh Singkil menjadi salah satu daerah yang terus mengonfirmasi kasus infeksi virus corona setiap minggunya.

Berbagai upaya penanggulangan dilakukan pemerintah untuk meredam dampak dari pandemi Covid-19 di berbagai sektor.

Hampir seluruh sektor terdampak, tak hanya kesehatan. Sektor ekonomi juga mengalami dampak serius akibat pandemi virus corona.

Pembatasan aktivitas masyarakat berpengaruh pada aktivitas bisnis yang kemudian berimbas pada perekonomian, termasuk sektor UMKM.

Dalam himpitan ekonomi, pelaku usaha dituntut untuk kreatif dalam mengembangkan usahanya sehingga tidak gulung tikar.

Tak terkecuali Tujiono (64) warga di Desa Sidorejo Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil meraup untung lewat usaha ayam petelur.

“Meski sedang dalam pandemi Covid-19, tidak terlalu berpengaruh terhadap usahanya bahkan tetap menguntungkan,” kata Tujiono saat berbincang dengan wartawan Kanalaceh.com, Selasa (29/12/2020).

Ia terhitung baru memulai bisnis ayam petelur sekitar 7 bulan yang lalu. Sebelumnya ia hanya seorang petani.

Bermodalkan Rp 70 juta rupiah, Ia bersama anak-anaknya berbisnis ayam petelur. “Rp 70 juta itu untuk membuat kandang dan membeli bibit ayam,”

Sebanyak 453 bibit ayam Ia beli dalam keadaan belum produktif. Ia pelihara kurang lebih selama 20 minggu baru menghasilkan telur.

“Selama kurang lebih 5 bulan lebih merawat, kini alhamdulillah sudah mulai menuai hasilnya,”

Kini Tujiono dengan 453 ekor ayam, mampu menghasilkan 450 telur setiap harinya.

Telur tersebut ia jual ke warung pengecer diwilayahnya. Biasa Ia jual per papannya seharga Rp 44 ribu dengan isi 30 butir.

Dalam sehari, Tujiono memperoleh pendapatan rata-rata Rp 657 ribu kotor. Karena harus dipotong lagi untuk pakan ternak Rp 340 ribu per harinya. Jadi setelah dipotong untuk pakan, Ia mendapat laba bersih Rp 317 ribu.

Jadi dalam sebulan Tujiono dapat meraup untung bersih mencapai Rp 9,5 juta rupiah.

Omzet Tujiono diperkirakan akan terus bertambah, mengingat harga telur dipasaran kini terus mengalami kenaikan.

Tujiono mengungkapkan kendala yang ia hadapi selama memelihara ayam petelur ini seperti lumpuh, virus dan penyakit lainnya. “Terus ayam ini tidak boleh bercampur dengan ayam kampung,”

Selian itu persiangan dengan telur-telur yang dari Medan, yang harganya hampir sama dengan harga telur yang ia jual.

Atas usahanya tersebut, Dinas Peternakan setempat memberikan apresiasi dalam bentuk bantuan bibit ayam kepada dirinya bersama Kelompok Tani Sidoreti sebanyak 850 ekor bibit ayam.

Tujiono berharap pandemi Covid-19 segera berakhir dan kehidupan kembali normal.

“Harapan saya pandemi ini segera berakhir sehingga warga yang hendak membuat hajatan dapat terlaksana. Karena imbas dari warga hajatan, konsumsi telur semakin naik,” tukas Tujiono. (Khdafi)

Related posts