Bantu Penurunan Stunting, BKKBN Aceh: Program GISA Sudah Tepat

Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Aceh, Drs. Sahidal Kastri, M.Pd. (dok. Bkkbn)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Program Gerakan Imunisasi dan Stunting Aceh (GISA) Pemerintah Aceh perlu dilanjutkan pada 2023 dan sangat efektif dilaksanakan, guna mempercepat penurunan stunting di Provinsi Aceh.

Hal tersebut disampaikan Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Aceh, Drs. Sahidal Kastri, M.Pd, usai menandatangani Perjanjian Kinerja Tahun 2023 secara virtual dengan Kepala BKKBN, Dr (HC) dr. Hasto Wardoyo, SpOG, pada Jum’at (23/12) lalu, di Takengon, Kabupaten Aceh Tengah.

Wakil Presiden, KH. Ma’ruf Amin mengeluarkan tujuh arahan percepatan penurunan stunting di tanah air, salah satunya yaitu, inovasi baik yang sudah dilakukan oleh daerah terus dilanjutkan, dipertajam, agar tepat sasaran dan diperluas cakupannya.

Menurut Sahidal, program GISA salah satu inovasi yang sangat efektif mendorong percepatan penurunan stunting di Aceh. Jika dilihat pencegahan stunting dilakukan dari hulu.

Ia mencontohkan intervensi kepada remaja yang telah dilakukan GISA yaitu pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) dan Screening Anemia.

Sebab dari data Riskesdas 2018, sekitar 23 persen anak lahir dengan kondisi sudah stunted, akibat ibu hamil sejak masa remaja kurang gizi dan anemia. Sebelum hamil data dari Riskesdas 2007, 2013, 2018, SSGBI 2019, SSGI 2021 menyebutkan, 32 persen remaja usia 15-24 tahun mengalami anemia dan wanita usia subur sebesar 24 persen.

Kondisi masalah kesehatan ini menurut Sahidal berkontribusi terjadinya stunting.

“Intervensi yang dilakukan pada remaja pada program GISA sudah sangat tepat, yaitu pemberian tablet tambah darah juga melakukan screening anemia. Ini pencegahan dari hulu yang dilakukan GISA. Sedangkan dari BKKBN dari hulu dengan inovasi aplikasi elektronik siap nikah siap hamil (Elsimil),” ucap Sahidal.

Selain itu, kata Kaper BKKBN Aceh, GISA juga melakukan intervensi kepada Ibu Hamil dan Balita. Intervensi yang dilakukan GISA pada Bumil yaitu pemeriksaan kehamilan, pemberian TTD dan pemberian makanan tambahan (PMT) kepada Bumil KEK.

Sedangkan pada balita intervensi yang dilakukan, lanjut Sahidal, yaitu pemantauan tumbuh kembang (timbang,ukur, dan pantauan perkembangan), kemudian pemberian ASI Ekslusif, PMT, Tatalaksana balita dengan masalah gizi, dan peningkatan cakupan serta perluasan jenis imunisasi.

Menurut Sahidal lagi, program GISA sangat baik dilaksanakan berkelanjutan di dalam pencegahan dan percepatan penurunan stunting di Aceh. Cuma sarannya, harus dipertajam lagi, agar tepat sasaran serta diperluas cakupannya.

“Perlu komitmen, sinergistasi, dan koordinasi yang baik diantara lintas sektor terkait. Baik dari keluarga, perangkat desa, kepala sekolah, pemilik pondok pasantren, kepala Puskesmas, PLKB, Tim PPS kabupaten/kota dan provinsi,” ucapnya lagi.

Hasil SSGI tahun 2021 diketahui Aceh berada pada urutan ketiga secara nasional dengan pravelensi stunting sebesar 33,2 persen. Sementara itu angka stunting di Aceh masih berada di atas 30 persen atau masuk dalam 10 besar daerah dengan angka stunting tertinggi di Indonesia.

“Kami optimistis dengan adanya GISA, maka target yang telah ditetapkan oleh Presiden, yaitu pada tahun 2024 angka stunting nasional bisa ditekan menjadi 14 persen akan terwujud,” pungkasnya.

Related posts