Tak Murni Terdampar, Imigran Rohingya Manfaatkan GPS Saat Menuju Aceh

Ilustrasi, pengungsi rohingya. (Foto: DW)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Direktur Hak Asasi Manusia (HAM) dan Kemanusiaan Kementerian Luar Negeri, Achsanul Habib menyebutkan, pengungsi Rohingya yang mendarat di Aceh bukan terdampar, melainkan ada pihak lain yang mengarahkan mereka untuk singgah di Aceh sebelum ke Malaysia.

Dari analisis Kemenlu, imigran Rohingya itu awalnya terkonsentrasi di kamp pengungsian di Banglades. Lokasi itu saat ini sudah over kapasitas, sehingga diantara mereka tertarik untuk mencari suaka ke Malaysia lewat kelompok-kelompok kecil atau sindikat perdagangan manusia.

Pengungsi Rohingya itu juga rela membayar sejumlah uang untuk bisa melakukan perjalanan lewat laut dengan tujuan utama ke Malaysia. Di atas kapal mereka dibekali GPS yang langsung terkoneksi ke sejumlah lembaga internasional, baik itu LSM maupun kedutaan besar.

“Mereka punya koneksi dan jaringan di Aceh, mereka dipandu dengan GPS. Indonesia ini jadi lokasi mereka sementara, mereka melakukan drop out lalu mereka diselundupkan ke Malaysia oleh kelompok-kelompok kecil,” kata Achsanul Habib saat menggelar rapat dengan DPR Aceh soal pengungsi Rohingya, Rabu (4/1).

Selain itu, pihaknya juga melihat GPS yang digunakan oleh pengungsi Rohingya itu juga dimiliki oleh sejumlah lembaga asing untuk memantau pergerakan mereka saat di tengah laut.

“Kita juga melihat koordinat GPS mereka itu juga dimiliki oleh badan internasioanl, lsm, lsm internasional dan pemerintah negara asing lewat duta besar. Koordinat mereka tercatat dan disebarkan termasuk pergerakan mereka di tengah laut,” ucapnya.

Menurut Achsanul, kelompok sindikat perdagangan manusia ini sengaja mengarahkan pengungsi Rohingya ke Indonesia, karena di sejumlah negara mereka di tolak atau pushback saat diperbatasan.

Sementara di Indonesia masih mereka ditolong dengan prinsip kemanusiaan. Hanya saja, sindikat perdagangan manusia memanfaatkan prinsip kemanusiaan itu untuk mendaratkan pengungsi Rohingya, sebelum diselundupkan lagi ke Malaysia.

“Indonesia dengan UU kedaruratan masih ditolong dengan prinsip kemanusiann. Namun, ini juga sering dimanfaatkan atau disalahgunakan oleh kelompok lain itu,” ucapnya. []

Related posts