Aceh (KANALACEH.COM) – Memorial Living Park di Pidie, Aceh telah selesai dibangun dan direncanakan akan diresmikan pada Februari 2025.
Hal ini disampaikan oleh Wakil Menteri (Wamen) Hak Asasi Manusia (HAM) Mugiyanto Sipin saat bertemu dengan Wamen Pekerjaan Umum (PU) Diana Kusumastuti di Kantor Kementerian PU, Jakarta pada Senin (13/1/2025).
“Siap diresmikan dan Insya Allah akan kita resmikan dalam waktu dekat, kira-kira bulan Februari,” ujarnya.
Kementerian HAM juga bakal meminta kesediaan Presiden Prabowo Subianto untuk meresmikan Memorial Living Park tersebut.
“Kita akan minta arahan kepada Bapak Presiden, apakah beliau berkenan meresmikan atau ada arahan lain dari beliau terkait hal tersebut,” lanjutnya.
Pada kesempatan yang sama, Diana menjelaskan bahwa pembangunan Memorial Living Park sejatinya telah selesai pada tahun 2024 oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dengan anggaran sekitar Rp 13 miliar.
Selain itu, Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Perumahan saat itu juga membangun rumah untuk korban kekerasan HAM di sana.
“Selain ada tempat untuk ibadah yaitu masjid dengan kapasitas 500 orang, di situ juga ada semacam penandanya pintu Aceh dan ada tempat bermain. Serta ada tangga yang memang dulu di situ juga ada peristiwa bersejarah,” tutur Diana.
Diana mengatakan bahwa Memorial Living Park diharapkan bisa menjadi tempat masyarakat beraktivitas. “Kami tadi juga usulkan silakan dari Kementerian HAM untuk (mengatur) peresmian (Memorial Living Park) agar tidak juga terjadi kegaduhan lagi yang ada di sana,” pesan Diana.
Sebagai informasi, Memorial Living Park Aceh merupakan monumen untuk mengenang peristiwa pelanggaran HAM berat di Aceh, yang juga dikenal dengan sebutan peristiwa Rumah Geudong.
Lingkup pekerjaannya mencakup gerbang masuk, pedestrian dan jalan, area parkir, taman dan Tugu Perdamaian, masjid dan plaza masjid, playground, hardscape dan softscape lainnya.
Living Park di dalamnya terdapat masjid sebagai tempat untuk ibadah dan juga taman yang dapat menjadi pusat edukasi, berkumpul, dan bermain untuk masyarakat. Langgam desain memerhatikan kekhasan daerah Pidie, meliputi ornamen, masjid, hingga taman.
Sementara tragedi Rumah Geudong adalah peristiwa penyiksaan terhadap masyarakat Aceh yang dilakukan oleh aparat TNI selama masa konflik Aceh tahun 1989-1998. [kompas]