Penanganan Konflik Aceh Singkil Harus Dilakukan Serius

Foto: serambinews.com

BANDA ACEH – Wakil Ketua Pusat Studi Perdamaian dan Resolusi Konflik, Universitas Islam Negeri (UIN) Ar Raniry, Sahlan Hanafiah, mengatakan, peristiwa bentrokan masa yang terjadi di Kabupaten Aceh Singkil beberapa hari lalu, adalah peristiwa lama yang kembali berulang.

Kepada kanalaceh.com, Kamis (15/10), di Banda Aceh, Sahlan menyebutkan, peristiwa serupa sebelumnya pernah terjadi pada 1979, dan kini kejadian tersebut kembali terjadi. Berulangnya peristiwa ini, jelas Sahlan, karena penanganan konflik di wilayah itu tidak pernah dilakukan secara serius. “Kabupaten Singkil inikan kawasan rawan konflik, karena kemajemukan masyarakat yang berada didaerah tersebut,” ujarnya.

Jika kita melihat peta potensi konflik sosial, sebenarnya di Kabupaten Aceh Singkil hanya ada dua masalah yang dapat menimbulkan konflik komunal, yakni soal isu agama dan juga soal isu lahan.

Nah, sambungnya, terkait dengan isu agama, selama ini terdapat ruang kosong, atau celah dimana negara tidak hadir dalam upaya membangun nilai-nilai toleransi, dan justru kelompok-kelompok in-toleran yang hadir didaerah itu, karenanya begitu isu mencuat, langsung menjadi persoalan besar dan mengarah pada konflik dalam skala luas.

Seharusnya, kata Sahlan, pemerintah dapat jeli melihat masalah ini, misalnya, sambung Sahlan, penempatan aparat keamanan, seperti Kapolres, Dandim, seharusnya adalah pihak-pihaknya yang paham tentang potensi konflik di Aceh Singkil.

“Isu konflik agama di Aceh Singkil ini sangat rawan di politisasi,” sebutnya.

Sementara itu, Rektor Universitas Syiah Kuala, Prof Samsul Rizal, meminta semua pihak untuk menahan diri, dan tidak melakukan tindakan yang membuat situasi yang saat ini sudah kondusif.

Rektor juga meminta kepada masyarakat di Aceh Singkil untuk tidak mudah di adu domba, dan kiranya mampu untuk duduk bermusyawarah dengan kepala dingin.  “Tidaklah seharusnya perbedaan keyakinan membuat kita saling bermusuhan, apalagi sampai melakukan tindakan membakar tempat ibadah, yang justru itu dibenci dalam agama manapun,” tandas Rektor. [Hendro Saky]

Related posts