Koyong, penakluk buaya dari Singkil

Jumadil Awal atau yang biasa disapa Koyong, sang penakluk predator dari Singkil. (Kanal Aceh/Randi)

Singkil (KANALACEH.COM) – Koyong, begitu para warga memanggilnya. Perawakan tidak terlalu tinggi tapi mempunyai tubuh kekar, terlihat dari lengannya yang berisi. Ia bekerja sebagai pencari kerang (lokan) di sungai Singkil yang terkenal dengan habitat predator buaya yang ganas.

Bernama asli Jumadil Awal, tinggal di Jalan Onan, Desa Siti Ambia, Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil. Mayoritas masyarakatnya nelayan dan pencari kerang di bantaran sungai Singkil.

Namanya sekejap melambung tinggi paska peristiwa buaya memangsa manusia tahun 2015 lalu. Pasalnya, Koyong berhasil menangkap buaya sepanjang 4 meter yang melahap seorang nelayan.

Dalam penjelasannya, semasa itu dirinya sangat tertantang untuk memburu buaya, karena dia melihat teror buaya sudah semakin meresahkan dan sempat memutus mata pencarian warga desanya.

“Hampir 1 bulan lebih warga tidak berani turun ke sungai, karena buaya lagi ganas. Nah, dari situlah muncul keinginan saya untuk turun langsung memburu buaya yang uda makan manusia itu,” katanya saat disambangi Kanalaceh.com dikediamannya belum lama ini.

Dia menceritakan, dalam jangka satu bulan Koyong berhasil menangkap empat buaya berukuran besar, satu diantaranya yang telah memangsa manusia. Peralatan digunakan cukup sederhana, hanya memakai jala dilapis dua dan seekor ayam sebagai umpan.

Dalam aksinya yang superior tersebut, sontak membuat masyarakat kembali bergairah untuk kembali ke sungai mencari nafkah, karena buaya pemangsa sudah ditangkap.

“Dari situ mulailah saya mendorong masyarakat untuk kembali keaktivitasnya semula, karena gimana mau cari makan lagi kalau tidak mencari lokan itulah keahlian yang dimiliki warga,” ungkap Koyong.

Sebelumnya, warga tidak mengetahui bahwa koyong memiliki keahlian dalam memburu buaya. namun, memburu buaya bukanlah profesi koyong yang sesungguhnya.

Dalam petualangannya selama ini, dia sudah berhasil menangkap hidup-hidup 48 buaya, terdiri dari 35 ekor yang berukuran kecil dan 13 ekor buaya dewasa. Sebagian buaya itu dikandangkannya tidak jauh dari rumahnya, untuk diperlihatkan kepada siapa saja yang ingin melihat langsung buaya sungai dari Singkil.

Saat itulah, dirinya disebut warga sebagai pawang buaya lantaran dia sudah menangkap lebih 10 ekor buaya dewasa. “Itukan warga disini yang memberikan itu label pawang, karena saya uda nangkap 10 lebih buaya dewasa,”ungkapnya.

Belajar Dari Alam

Koyong mengaku, dirinya hanya belajar dari alam, bermodalkan keberanian, mental kuat, pintar berenang, menyelam dan juga faktor alam.

“Langkah pertama, mengamati perilaku buaya, menyelidiki habitatnya, dan kemudian memasang perangkap. Air pasang juga menentukan gerak gerik buaya,” katanya.

Dia mengatakan, selama karirnya menangkap buaya tak pernah sedikitpun dia meminta imbalan. Apabila ada laporan dari warga yang melihat buaya dirinya langsung terjun ke lokasi.

“Saya gak minta imbalan untuk hal ini saya ikhlas aja. Ini juga buat warga, agar tidak takut lagi dengan teror yang dilakukan buaya,” jelasnya. [Randi]

Related posts