Mi Aceh yang disesuaikan dengan lidah Bandung

Waroeng Atjeh yang berada di Bandung. (Google)

Bandung (KANALACEH.COM) – Masakan asal Sumatera identik dengan bumbu rempahnya yang kuat, termasuk mi Aceh. Mi yang dibuat dengan bumbu asli Aceh memang mengandung banyak rempah sehingga penikmatnya akan bisa langsung merasakan sensasinya saat mi pertama kali menyentuh lidah.

Di Bandung, mi Aceh sudah dijajakan di cukup banyak tempat, salah satunya Waroeng Atjeh di Jalan Ambon No 13 Bandung.

Kedai masakan Aceh yang digagas oleh Fahrurazi pada tahun 2000 ini menyajikan tiga varian mi aceh yakni mi tumis, mi goreng, dan mi rebus. Ketiganya dimasak menggunakan bumbu yang sama racikan khas Fahrurazi.

Berbeda dengan mi Aceh asli yang menggunakan banyak rempah, mi Aceh di kedai ini telah sedikit dikreasikan sehingga rasa rempahnya tidak terlalu kuat.

Mi Aceh sengaja dibuat dengan bumbu rempah yang sedikit disesuaikan dengan lidah masyarakat Bandung.

“Tidak semua makanan harus pakai rempah. Ada satu makanan yang wajib memakai rempah seperti kari. Kalau kari itu benar main di rempah. Saya bikin bumbu mi Aceh enggak banyak pakai rempah. Saya lebih berani soft bumbunya,” kata Fahrurazi saat ditemui di kedainya, belum lama ini.

Mi sebagai bahan bakunya dibuat sendiri dari tepung terigu, garam, mentega, telur, dan pewarna makanan. Mi dibuat tanpa bahan pengawet dan air abu untuk mengenyalkan.

Bahan-bahan baku mi tersebut direbus sehingga mi bisa langsung dikonsumsi tanpa dimasak dengan bumbunya.

Mi buatan Fahrurazi berwarna kuning, lembut dan tidak kenyal. Ukurannya sedikit lebih besar dibandingkan mi pada umumnya.

Setiap hari Fahrurazi membuat 20 kilogram mi yang artinya bisa dibuat untuk sekitar 150 porsi mi. Ia sengaja membuat sebanyak itu karena sebanyak itulah permintaan pembeli setiap harinya.

Jika ia membuat lebih banyak maka akan banyak pula sisanya. Ia tidak mau menyajikan mi Aceh kepada pelanggan menggunakan mi sisa kemarin.

Bumbu mi Aceh buatan Fahrurazi di antaranya terdiri dari cengkeh, lada hitam, lada putih, jahe, bawang merah, dan bawang putih. Secara tekstur bumbunya mirip tauco berwarna merah atau sambal ulek halus. Bumbunya sudah mengandung sedikit rasa pedas.

Di antara tiga varian mi aceh di sini, mi tumis adalah menu yang paling digandrungi pembeli. Mi tumis memiliki karakteristik basah, namun tidak terendam oleh kuah.

Pembeli memilih mi tumis jika ingin menikmati rasanya. Mereka yang cenderung tidak menyukai makanan pedas akan memilih mi rebus lantaran kandungan pedas di dalam bumbunya tersamarkan oleh kuahnya. Sedangkan mi goreng sama sekali tidak diberi kuah.

Satu porsi mi aceh spesial dilengkapi daging sapi, udang, cumi, dan telur dengan sayur kol, tomat, daun bawang, tauge, dan seledri.

Di sisinya dibubuhi acar mentimun, bawang merah dan kerupuk emping. Mi Aceh spesial dibanderol Rp 33 ribu. Sedangkan mi Aceh biasa dilengkapi oleh telur saja. Mi Aceh ini dapat dinikmati seharga Rp 19 ribu.

Waroeng Atjeh bisa dikunjungi setiap hari mulai pukul 11.00 hingga 21.00. [Tribun Jabar]

Related posts