Operasi Militer: 70 warga Rohingya tewas, 1.250 rumah dihancurkan

Peneliti Jepang Teliti Etnis Rohingya di Aceh Utara
Etnis Rohingya di Aceh Utara (Reuters)

Yangon (KANALACEH.COM) – Human Rights Watch (HRW) melaporkan sekitar 70 muslim Rohingya tewas dan 400 orang ditangkap dalam operasi militer Myanmar untuk mengejar pemberontak pada enam pekan terakhir.

Selain itu, lebih dari 1.250 rumah di lima desa yang dihuni etnis Rohingya di negara bagian Rakhine dihancurkan dalam operasi militer Myanmar.

“Serangan terhadap lima desa etnis Rohingya merupakan kejadian yang disengaja. Pemerintah Myanmar perlu menyelidiki serta menghukum pihak yang bertanggung jawab,” kata Brad Adams, Direktur HRW di Asia, seperti dikutip dari ABC News.

Konflik berkepanjangan di Rakhine dalam enam pekan terakhir memaksa 30 ribu muslim Rohingya mengungsi. Namun mereka yang mengungsi justru ditangkapi tentara Myanmar di perbatasan Bangladesh. Tak hanya itu, laporan tersebut menyebutkan sejumlah tentara Myanmar memperkosa para wanita Rohingya.

Pemerintah Myanmar mengaku telah menggunakan helikopter untuk mendukung pasukan darat dalam operasi melawan pemberontak tersebut. Namun Myanmar membantah laporan HRW tentang jumlah rumah yang hancur. Menurut pemerintah Myanmar, jumlah rumah yang hancur kurang dari 300. Milisi dituding sebagai pelakunya dengan tujuan memicu pertikaian antara tentara dan warga sipil.

Kekerasan terbaru di Rakhine dimulai pada 9 Oktober lalu, ketika tiga tentara yang mengawal perbatasan dibunuh oleh kelompok bersenjata yang diduga didalangi etnis Rohingya.

HWR meminta agar pemerintah Myanmar membuka data dan akses bagi wartawan serta pegiat hak asasi manusia mengenai situasi etnis Rohingya di Rakhine. HRW juga mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk segera melakukan tindakan nyata di Myanmar.

Minoritas Rohingya, yang berjumlah sekitar 1,1 juta jiwa, telah menghadapi diskriminasi, penindasan, dan kekerasan di Rakhine selama bertahun-tahun. Mereka sering menjadi sasaran mayoritas Buddha yang melihat mereka sebagai imigran gelap dari Bangladesh. Kekerasan itu telah ditafsirkan sebagai upaya untuk memaksa mereka keluar dari Myanmar.

Myanmar menolak mengakui Rohingya sebagai warga negara, meskipun mereka telah tinggal di kawasan itu selama beberapa generasi. [Tempo]

Related posts