Aceh Singkil krisis premium dan elpiji

Kantor Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh Singkil di Desa Selok Aceh, Kecamatan Singkil Utara, terpaksa ditutup sejak Senin (28/11) karena air menggenangi ruang kerja komisioner setinggi 40 cm. Hari ini pun Kamis (1/12), kantor tersebut belum bisa difungsikan karena masih digenangi air. (Ist/Serambi)

Aceh Singkil (KANALACEH.COM) – Pada Kamis (1/12) pagi sebagai hari kelima banjir melanda Aceh Singkil, genangan air di permukiman penduduk mulai berkurang, meski belum surut total. Sebagian besar pengungsi bersiap-siap untuk kembali ke rumahnya.

Namun, problema baru menghadang, Kecamatan Singkil dan Singkil Utara kini didera krisis premium, elpiji rumah tangga, air mineral, maupun air minum isi ulang.

Dalam keadaan normal, baik premium (bensin), elpiji 3 maupun 12 kg, serta air mineral dalam kemasan galon biasanya dipasok ke Singkil dari Medan, Sumatera Utara (Sumut) naik truk.

Akan tetapi, sejak jalan di Desa Ketapang Indah, Kecamatan Singkil Utara, putus selebar lima meter pada Selasa (29/11) siang, pasokan ketiga komoditas tersebut sama sekali terhenti.

Meskipun pihak Dinas Pekerjaan Umum (PU) bersama aparat Kodim setempat bahu-membahu menempatkan sejumlah pohon kelapa sebagai titian sementara, namun tetap saja belum bisa dilewati truk tangki pengangkut BBM maupun truk pengangkut air bersih dan sembako.

“Akibatnya, sudah empat hari Singkil krisis premium. Mobil terpaksa saya parkir karena tak ada lagi minyak. Ada uang pun, tapi tidak ada orang yang menjual premium. Alhasil, untuk bepergian ke mana-mana saya mengandalkan sepeda motor yang minyaknya lebih irit,” kata Yarwin Adi Dharma, warga Desa Ujung, Aceh Singkil, Kamis (1/12).

Ketua Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh Singkil itu sudah tiga malam mengungsi ke Kompleks Perumahan BRR yang tanahnya relatif lebih tinggi, sejak rumahnya di Desa Ujung direndam banjir pada Selasa (29/11) pagi. Kantornya yang berlokasi di Desa Selok Aceh pun juga terendam banjir hampir 40 cm. Bahkan sudah sejak Senin lalu tutup, termasuk hari ini.

“Saya tak lagi leluasa memantau kondisi rumah dan kantor karena harus menghemat BBM sepeda motor. Kalau minyak sepeda motor pun habis, tak tahu lagi ke mana kita harus beli,” ujar Yarwin.

Satu-satunya stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Kecamatan Singkil yang berada di Pulo Sarok sudah tiga hari tak beroperasi karena stok minyaknya habis. Sedangkan pasokan baru terkendala jalan yang putus.

Beberapa warga yang memiliki genset pribadi juga tak bisa lagi menghidupkan gensetnya karena ketiadaan minyak.

“Kecuali mereka mau membelinya ke Gosong Telaga. Itu pun untuk sampai ke sana ada kawasan yang hanya bisa ditempuh dengan naik sampan atau rakit,” ujar Yarwin.

Ketersediaan air minum isi ulang pun terhenti total dalam empat hari terakhir di Singkil, karena biasanya bahan baku air isi ulang diangkut naik truk tangki dari Siatas di Kecamatan Rimo. [Serambi]

Related posts