Angka kematian Ibu hamil di Aceh tinggi

Angka kematian Ibu hamil di Aceh tinggi
ilustrasi.

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Kepala Dinas Kehatan Aceh, dr. Hanif mengatakan tingginya angka kematian ibu hamil disebabkan masih rendahnya pengetahuan masyarakat dalam melakukan proses persalinan.

“Masih kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) tenaga kesehatan juga menjadi penyebab angka kematian ibu hamil di Aceh masih tinggi,” katanya pada diskusi upaya penurunan angka kematian ibu, Jumat (28/4).

Menurutnya, masih rendahnya pengetahuan masyarakat tersebut dinilai masih banyak masyarakat yang belum yakni untuk melakukan persalinan di fasilitas kesehatan yang ada.

“Masih ada masyarakat yang lebih memilih untuk bersalin dirumahnya dan tidak melakukan persalinnya di fasilitas kesehatan yang ada,” jelasnya.

Ia juga menyebutkan untuk tahun 2017 angka kematian ibu hamil di Aceh menurun. Meski begitu angka tersebut dikatagorikan masih banyak karena tidak sesuai dengan target sebesar 102 di tahun 2015 lalu yang saat ini belum tercapai angka tersebut.

“Berdasarkan data, tahun ini angka kematian ada 134 orang dari seperseribu dari angka kelahiran, sedangkan tahun lalu 137 orang, meski turun masih dikatagorkian masih banyak kasus kematian ibu hamil di Aceh,” jelasnya.

Untuk menekan angka kematian tersebut, kata dia Pemerintah Aceh akan terus meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan mulai dari dokter spesialis maupun bidan.

“Langkah-langkah kita akan melakukan peningkatan pengetahuan sumber daya manusia (SDM) bagi tenaga kesehatan terutama dokter spesialis dan bidan,” katanya.

Sementara kepala departemen kebidanan dan kandungan FK Unsyiah/RSUZA, dr.Andalas mengatakan diskusi upaya penurunan angka kematian ibu tersebut dilakukan untuk mencari solusi bagaimana cara menekan angka kematian ibu hamil yang meningkat.

“Kita bersama dari tim dari Kanada mencari jalan keluar bagaimana menekan angka kematian ibu hamil,” kata Andalas.

Menurut Andalas, saat ini kendala yang dihadapi masih ada kelemahan dan kurangnya komunikasi antara masyarakat dan tenaga kesehatan, sehingga pasien terlambat untuk dirujuk untuk penangganan medis.

“Kalau kita lihat tenaga kesehatan mulai dari dokter, bidan semakin bertambah, bahkan mencukupi. Namun, masih ada masyarakat yang kurang percaya terhagap tenaga kesehatan yang terlatih sehingga ini terlambat mendapat pertolongan dalam persaingan,” jelasnya. [Randi/rel]

Related posts