Pelajari peraturan bioskop, Walkot Banda Aceh tak perlu studi banding ke Arab

Pelajari peraturan bioskop, Walkot Banda Aceh tak perlu studi banding ke Arab
Ilustrasi - Bioskop Premium Di Dubia, Uni Emirat Arab (happeningindubai.blogspot.com)

Banda Aceh (KANALACEH.COM) – Aceh Documentary, komunitas warga kota yang selama ini bergiat di seni perfilman, angkat bicara terkait keinginan Walikota Banda Aceh, Aminullah Usman yang akan studi banding ke Arab Saudi untuk pelajari peraturan bioskop di sana.

Direktur Aceh Documentary, Faisal Ilyas menegaskan, seharusnya tidak perlu Walikota Banda Aceh ke Arab Saudi. Karena, Arab Saudi baru buka bioskop setelah 30 tahunan tak beroperasi.

“Aceh sudah pernah ada dan lebih maju dari Arab. Soal Islam dan bioskop sudah lama berdialektika kultural di Aceh. Masalah syariat dalam bioskop Islami bisa dikonsultasi dengan pihak-pihak terkait. Perihal kemajuan budaya kita lebih maju dari pada Arab Saudi,” jelasnya dalam siaran pers kepada Kanalaceh.com, Senin (19/3).

Ia pun menyarankan, kalaupun Walikota mau korespondensi regulasi bioskop di Arab Saudi, datang saja ke Kedubes Arab di Jakarta.

“Kami kira pasti disana akan mendapat jawaban dan masukan. Anggaran studi banding bisa dipakai untuk proses naskah akademik dan rancangan Qanun Bioskop Islami,” ujarnya.

Faisal Ilyas menjelaskan, Dr Yusuf Qaradhawi dalam karyanya Al-Halal wal Haram fil Islam menerangkan, “tidak perlu ragu bahwa pertunjukkan film dan sejenisnya merupakan sarana penting dari sekian banyak sarana hiburan. Sebagai sarana, kedudukan film bioskop sama seperti sarana lainnya.”

Artinya, sambung Faisal, pertunjukkan film bisa jadi digunakan untuk kebaikan. Tetapi ada kalanya film dimanfaatkan untuk keburukan. Secara substansi, pertunjukan bioskop tidak masalah. Kedudukan hukumnya didasarkan pada pesan dan isi film.

“Kami berpikir ada banyak cara dan alternatif untuk pendirian bioskop bebas dari maksiat, pemkot bisa memisahkan antara tempat duduk laki-laki dan perempuan, dibentuk tim kurasi film untuk memastikan film yang diputar bebas dari unsur-unsur maksiat,” jelasnya.

Dia berpikir, pihak Walikota perlu untuk memanfaatkan ruang-ruang alternatif sebagai ruang pemutaran, seperti gedung Garuda Theater, taman-taman kota yang hampir ada di semua desa.

“Jangan buang anggaran rakyat utk studi banding hal-hal yg memang sudah menjadi aspirasi kebudayaan Islami masyarakat kota gemilang,” kata Faisal. [Aidil/rel]

Related posts