Kapal tongkang bermuatan Batu Bara terdampar di pesisir Lhoknga

(ist)

Aceh Besar (KANALACEH.COM) – Satu unit tongkang bermuatan 700 ton batu bara karam di tepi pantai Lhoknga, Aceh Besar. Kapal tersebut diduga terdampar akibat gelombang tinggi disertai angin kencang yang melanda Aceh sejak sepekan terakhir.

Pantau dilokasi, kapal tersebut tampak patah menjadi dua bagian. Sementara batu bara di dalamnya berhampuran hingga ke tepi pantai. Bahkan, di beberapa titik tampak sejumlah ikan dan ubur-ubur ditemukann mati. Hingga saat ini kapal tongkang masih berada pinggir pantai lhoknga yang juga merupakan lokasi objek wisata favorit di Banda Aceh dan Aceh Besar. Insiden ini pun menjadi tontonan warga di daerah setempat.

Tak hanya itu, sepanjang pinggiran pantau sejumlah warga mulai dari anak-anak hingga orang dewasa berbondong-bondong membawa goni dan memilih batu tersebut untuk di bawa pulang. Ada yang menenteng goni, kotak, dan gerobak sorong. Kemudian masing-masing mereka menumpukkan masing-masing batu yang telah dikutip.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Besar, Ridwan Jamil, mengatakan kapal tongkang TB Marina sudah terdampar sejak Minggu (29/7) lalu sekitar pukul 09.00 pagi. Kapal tersebut bermuatan 7000 ton ditarik oleh takbut MARINI yang dinahkodai oleh Diah Hariani.

Awalnya kapal ini hendak ditarik karena kondisi laut yang tidak memungkinkan sehingga penarikan kapal dibatalkan.Hari ini Senin (30/7) rencannya beberapa nelayan diminta untuk mengevakuasi kapal. Akan tetapi alhasil sebelum kapal diefakuasi, tongkang patah menjadi dua bagian akibat bergesekan dengan terumbu karang.

“Bermuatan batu bara yang direncanakan akan di bawa ke PT. LCI Holcim Lhoknga,” ujarnya saat dikonfirmasi, Senin (30/7).

Ridwan menyebutkan, saat  beberapa menit berhenti di pinggir pelabuhan direncanakan tongkat tersebut akan bersadar di pelabuahan PT. LCI HOLCIM. Untuk diketahui tongkang  pengankut batu bara itu berasal dari Aceh Barat.

Sekretaris Jaringan Koalisi untuk Advokasi Laut Aceh (KuALA) menilai tumpahan baru bara tersebut telah mencemari kawasan perairan pantai lampuuk. Menyebabkan beberapa biota dan ekosistem terumbu karang mati akibat limbah batu bara tersebut.

“Amatan kami dilapangan terdapat beberapa biota kunci ekosistem terumbu karang seperti bintang laut dan ikan karang mati terkapar di pesisir pantai. Hal ini dapat mengindikasikan hancurnya ekosistem terumbu karang yang rencnanya akan di jadikan kawasan konservasi,” kata ketua Jaringan KuALA, Rahmat Fajri.

Fajri ikut menyayang atas insiden karamnya kapal tongkang tersebut. Ia meminta kepada pihak terkait untuk bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan akibat limbah batu bara.

“Sangat prihatin dengan kondisi ini, saya melihat banyak biota seperti ikan, bintang laut dan kepiting mati di sekitar pantai lampuuk. Setelah berdiskusi dengan tim seketariat, kami menduga ada kerusakan ekosistem yang cukup parah di kawasan terumbu karang lampuuk,” pungkasnya.

“Informasi awal yang kami dapatkan bahwa material ini milik perusahaan semen yang berada di seputaran pantai lhoknga, kami meminta adanya pertanggung jawaban dari pemilik kapal dan material tersebut untuk melakukan pemulihan dan pembersihan material batu bara yang terdampar,”tambah Fajri. [Rino Babahrot]

Related posts