Kisah Kak Pah, Pedagang Tahu Asal Abdya Menabung 1 Tahun Untuk Beli Sapi Kurban Rp 18 Juta

Blangpidie (KANALACEH.COM) – Kak Syarifah Wirda penjual tahu tempe dan toge asal Geulumpang Payong, Blangpidie, Aceh Barat Daya (Abdya) akhirnya tahun ini bisa berkurban. Dengan jerih payahnya mengumpulkan hasil dagangannya selama satu tahun. Kak Syarifah akhirnya bisa membeli sapi kurban. kamis (15/7)

Kak Pah panggilan akrabnya bukanlah orang berada. Dia tinggal bersama dua anaknya pasca meninggalnya sang suami meninggal dunia 6 tahun silam.

Saat ini anak pertama perempuan sudah berhasil lulus jadi sarjana. Sedangkan anak kedua laki-laki sudah memasuki semester akhir di Universitas Syiah Kuala.

Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dirinya bekerja semenjak pukul 3:30 pagi hingga menjelang siang hari dengan penghasilan bersih Rp. 100 ribu perhari.

Usai dagangannya habis dirinya masih juga bekerja di tempat usaha pembuatan tahu toge dan tempe yang tak jauh dari rumanya serta tidak ada pekerjaan lain.

” Saya sudah berniat. Ya Allah mampu dan sehatkan badan ini agar keiinginan ini bisa tercapai”. Katanya sambil sesekali mengusap air mata dipipinya.

Dirinya juga sangat terbantu berkat bantuan dan jalan yang diberikan oleh Laili Suahiri yang tak lain adalah pemasok sapi kurban di Abdya.

” Dia dan istrinya yang selalu membantu saya, kebaikan beliau melebihi saudara kandung. Tidak ada orang sebaik dirinya yang ringan tangan untuk membantu”. Sebutnya

1 Tahun menabung

Sementara itu Laili Suhairi mengatakan, sudah sekitar satu tahun ini kak Pah mengumpulkan uang untuk diniatkan membeli hewan korban.

” Ketika beliau ada uang langsung memberikan kepada saya”. Lanjutnya, awalnya saya sempat kaget saat menerima uang Rp 10 juta dari kak Pah”.

” Kaget saya, kok bisa. Nilai satu sapi yang harganya 18 juta, mampu dibeli oleh seorang yang pekerjaannya sehari-hari penjual tahu. Sangat jarang ada orang seperti ini bisa melakukannya”. Ungkapnya

menceritakan, bahwa sosok kak Pah yang dikenalnya adalah merupakan ibu rumah tangga keras tanpa mengenal lelah. Perjuangan beliau dalam menghidupi keluarganya membuat senang.

” Saya masih ingat pertama kali beliau memberikan uangnya kepada saya. Kenapa tidak disimpan saja uangnya untuk jaga-jaga jikalau sakit tanya saya. Lalu beliau mengatakan sakit tidaknya itu urusan Allah yang penting ini sudah menjadi niat”.

Related posts