Begini tips membeli batik agar tidak tertipu

ilustrasi.

Semarang (KANALACEH.COM) – Ragam model batik membuat kita harus teliti memilihnya saat membeli agar tidak salah, bahkan tertipu.

Tri Utomo (63) pemlik Omah Batik Ngesti Pandowo, menjelaskan trik membeli batik sesuai keinginan agar tidak tertipu.

  1. Dicium kainnya

Batik kualitas utama ialah batik buatan tangan, baik ditulis maupun dicap. Dibawah itu terdapat kain tekstil yang diberi print motif batik. Jenis ini bukan termasuk batik ujar Tri, melainkan kain print batik.

Untuk membedakannya pertama cium kain, jika kain print akan mengeluarkan bau tekstil yang menyengat. Sedangkan batik asli mengeluarkan bau malam, baunya tak menyengat.

“Bau kain print itu bau tinta kimia, jadi nyengat. Kalau bau malam khas lilin, gak menyengat,” jelas Tri di gerai sekaligus rumahnya, Jumat (16/6).

  1. Dilihat bolak balik

Batik yang melewati proses pencantingan ataupun pengecapan dengan menggunakan lilin, akan tembus ke kain bagian belakang.

Batik yang asli, bagian depan dan belakang memiliki warna, corak, dan motif yang persis sama. Semua tintanya tembus ke belakang. Namun jika kain print, hanya berwarna di satu sisi, sedang sisi lainnya putih seperti kain asalnya.

  1. Palsu akan lebih rapi

Kain print yang diklaim sebagai batik ternyata akan menghaslkan motif yang lebih rapi dari batik aslinya. Batik buatan tangan baik dicap maupun tulis memang tidak serapi print.

“Batik yang print itu kan kerjaan mesin, jadi wajar lebih presisi dari garis dan warnanya. Kalau yang asli malah ada seninya,” kata Tri memperlihatkan perbedaan kedua batik tersebut.

  1. Ukur harganya

Ungkapan “harga gak akan pernah bohong” nampaknya bisa diterapkan saat membeli batik. Batik semarang yang ditulis harga per dua meter kainnya mulai Rp 300.000 hingga jutaan, dan batik cap tidak jauh beda sekitar Rp 150.000.

Sedangkan kain print yang bermotif batik hanya Rp 50.000 per dua meter persegi.

Kekurangan lain jika Anda membeli kain print bermotif batik ialah akan menemukan banyak motif yang sama di pasaran. Karena sekali produksi menghaslkan banyak batik dengan motif sama. [Kompas.com]

Related posts