Singkil butuh kapal cepat untuk penyeberangan ke Pulau Banyak

Eksotisme Pulau Banyak dari atas mercusuar
Keindahan lautan Pulau Banyak dilihat dari mercusuar di Pulau Rangik Kecil, Kecamatan Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil. (Kanal Aceh/Randi)

Banda Aceh (KANALACEH.COM)– Anggota Komisi IV DPR Aceh Hendri Yono meminta kepada Pemerintah Aceh untuk menambah kapal cepat dan jadwal penyeberangan tujuan Singkil – Pulau Banyak juga sebaliknya.

Menurut Hendri Yono, berdasarkan laporan dari masyarakat Singkil dan Pulau Banyak, saat ini kunjungan turis mancanegara dan domestik ke daerah Pulau Banyak meningkat tajam. Namun seiring meningkatnya kunjungan wisatawan ini terkendala dengan terbatasnya kapal angkutan yang menuju Pulau Banyak.

“Ini merupakan kabar baik untuk dunia wisata di Aceh, artinya Pulau Banyak di Aceh Singkil sudah banyak dikenal orang dan menjadi pilihan tujuan wisatawan, dengan begitu Pemerintah Aceh harus memprioritaskan tambahan alat transportasi penyeberangan, toh hasilnya juga untuk peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)  dan peningkatan perekonomian warga setempat,” ujar Hendri Yono anggota DPRA dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (15/9).

Dia menjelaskan, kapal yang ada saat ini adalah kapal kayu milik masyarakat dan daya angkutnya terbatas, sedangkan kapal motor penyeberangan (KMP) milik Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) hanya mengunjungi Pulau Banyak dua kali dalam sepekan. “Pemerintah Aceh harus menambah kapal cepat sehingga jadwal penyeberangan bisa lebih sekali kali dalam sehari,” ujar Hendri.

Keluhan masyarakat saat ini adalah wisatawan atau pelancong banyak yang kecewa karena susah mencari kapal untuk menyeberang ke Pulau Banyak. Mereka harus menunggu kapal pada hari tertentu, itupun kapal yang digunakan merupakan kapal kayu milik nelayan setempat.

Selain masalah transportasi,  Pemerintah Aceh juga harus meningkatkan sarana dan prasarana penginapan serta mushalla, selama ini pengunjung terus meningkat apalagi dihari libur panjang, banyak wisatawan yang tidak mendapatkan kamar penginapan, ketika mereka ingin kembali sorenya kapal penyeberangan tidak ada.

“Ini harus menjadi masukan untuk Pemerintah Aceh dan Pemkab setempat, agar tahun depan bisa terealisasi,” katanya. [Randi/rel]

Related posts