Panglima Laot Harus Jadi Jembatan antara Nelayan dan Pemerintah

(Foto: Humas Pemko Sabang)

Sabang (KANALACEH.COM) – Dialog Budaya dan Silaturahmi Panglima Laot se-Aceh mengawali serangkaian kegiatan event Khanduri Laot Festival 2019, di Aula lantai IV kantor Wali Kota Sabang. Jumat (29/3).

Acara yang bertema Dialog Budaya dan Silaturahmi Panglima Laot se Aceh ini mengundang narasumber dari Ketua Majelis Adat Aceh (MAA) Kota Sabang Ramli Yusuf dan Sekretaris Panglima Laot Aceh Miftachhuddin (Cut Adek).

Wali Kota Sabang yang diwakili oleh Asisten Administrasi, Ekonomi dan Pembangunan Setda Kota Sabang, Kamaruddin dalam sambutannya mengatakan, Aceh sebagai provinsi paling barat Indonesia yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, mempunyai daya konsumsi ikan terbesar di Indonesia, terbukti dengan ikan sebagai lauk pauk utama dan jumlah konsumsi ikan tertinggi.

Baca: Akhir Pekan di Sabang, Ada Festival Kenduri Laot dan Kuliner

Kebutuhan ikan tersebut, kata dia tidak lepas dari kebiasaan makan Ikan yang tinggi dari masyarakat Aceh dan jumlah yang memadai. Ketersediaan alat tangkap dari nelayan dan adanya lembaga adat yang punya wewenang kuat mengatur hal tersebut juga cukup berperan aktif mewujudkannya.

“Sejak dibentuknya panglima laot Aceh, diberikan tugas untuk mengkoordinasi hukum adat laut, yang menjembatani kepentingan nelayan dengan Pemerintah,” sebutnya.

Kemudian mengadvokasi kebijakan kelautan dan perikanan termasuk advokasi hukum, dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat nelayan Aceh dan juga bagi nelayan yang terdampar.

Dalam dialog ini juga akan membahas sejarah singkat dan keberadaan panglima laot dalam perspektif adat Aceh, juga tentang lembaga hukum adat laot dalam menjaga kelestarian budaya.

“Kemudian kearifan pesisir pantai dan laut di Aceh, yang diharapkan nantinya akan menghasilkan rekomendasi tambahan dari yang telah dirumuskan pada tahun 2018 lalu,” sebutnya. [Randi/rel]

Related posts